Apakah menjamin sebuah percintaan akan berhasil jika diawali dengan sebuah persahabatan ?
Apakah menjamin sebuah persahabatan akan berakhir jika diakhiri dengan sebuah percintaan ?
Ini bukanlah pokok masalah jika percintaan akan gagal jika diawali dengan persahabatan ataupun sebaliknya.
Adalah sebuah keniscayaan percintaan dimulai dari sebuah
persahabatan. Yang justru susah adalah persahabatan dimulai dari
percintaan yang gagal.
Bagaimana mungkin percintaan yang gagal dapat memulai sebuah persahabatan ?
Percintaan selalu diawali dengan sebuah proses pendekatan dan
pengenalan. Kemudian meningkat menjadi persahabatan. Agar persahabatan
itu bersifat lebih mengikat, maka kedua belah pihak sepakat untuk
memulai percintaan, yang tentunya bersama-sama mempunyai tujuan agar
cinta kasih mereka dapat lebih total/sempurna/menyeluruh, maka menikah
dan membentuk sebuah keluarga menjadi tujuan selanjutnya.
Jika digambarkan
Perkenalan --> Pertemanan --> Persahabatan --> Percintaan --> Pernikahan
Dari bagan ini jelas terlihat sebuah proses yang natural perjalanan
cinta kasih manusia yang sangat mungkin prosesnya tidak berbalik
(reversal process). Dengan catatan hal ini umum terjadi, jika ada
mungkin hanya sedikit orang yg mengalaminya. Ini adalah proses alami.
Banyak diantara kita takut memulai sebuah percintaan yang diawali
dengan persahabatan. Dan takut percintaan yang gagal dapat pula
mengakhiri persahabatan.
Dari gambar jelas terlihat percintaan adalah kelanjutan proses dari
persahabatan. Jadi ketika kita mau menerima sahabat sebagai pacar, kita
juga siap-siap menerima sebuah resiko jika percintaan tsb gagal dan kita
kehilangan "sahabat". Bukankah ketika kita menerima sahabat kita
sebagai pacar, dia bukan lagi sahabat ? Jadi sebenarnya kita sudah
kehilangan sahabat ketika kita menerima dia sebagai pacar.
Dalam proses kehidupan tersebut, tentu ada masalah dan cobaan baik
dalam proses pencapaian/perolehan maupun dalam proses menjalani dan
melanjutkan.
Dalam proses mencapai perkenalan ada masalah, apakah dia mau
berkenalan dengan kita atau tidak, sepadankah dia dengan kita ? dst.
Ketika dalam menjalani proses perkenalan juga begitu, ada masalah dan
rintangannya. Apakah kita diterima atau tidak, apakah perkenalannya
berlangsung baik atau malah jutekin, merendahkan, dll, bukan ?
Setelah proses berkenalan telah berlangsung, bagaimana hasilnya ?
Apakah kita mau berteman dengan dia atau tidak, mengapa ? Ada
pertimbangannya bukan, mungkin ketika proses berkenalan tidak ada
chemistri dengan dia. Dia tidak menarik, tidak humoris, kaku, tapi dia
orangnya jujur, baik dan tidak sombong. Apakah kita mau melanjutkan
proses perkenalan ini menjadi proses pertemanan ? Atau dengan kata lain
dia menjadi "teman" setelah dia menjadi "kenalan" dengan kita ? Tentu
setelah jadi teman dia menjadi "mantan-kenalan" kita, bukan ?
Begitu juga dengan proses-proses selanjutnya bukan ?
Jadi hasil sebuah proses tergantung bagaimana kita menjalani proses tersebut, apakah iya atau tidak.
Dalam proses percintaan yang gagal bukan karena diawali dengan proses
persahabatan. Letak pokok masalahnya adalah ketika kita menjalani
proses percintaan tersebut. Apakah ada kebohongan, penghianatan,
kecurangan, kita/dia tidak bisa menerima kekurangan dia/kita, dst. Jadi
jangan salahkan persahabatan. Life must goes on, bukan Life must goes
back, bukan ?
Jadi janganlah takut menerima sahabat, menjadi kekasih. Jangan jadikan sahabat yang merupakan mantan kekasih.
Jalani hidup dengan langkah maju, bukan mundur atau malah balik-kanan.
0 komentar on "''Teman, Sahabat dan Kekasih''"
Posting Komentar